Rabu

PENGORBANAN CINTA





            Farah bertekad buat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Fiki kekasihnya yang kecelakaan. Tidak bias tidak. Apapun hambatannya. Ini sudah menjadi niatnya sejak 2 hari yang lalu, saat kecelakaan itu.
            Pagi-pagi sekali, selesai shalat subuh Farah sudah bersiap-siap untuk ke rumah sakit yang jaraknya kurang lebih 200 Kilometer dari rumahnya. Perjalanannya kurang lebih 4 Jam dan harus melewati gunung-gunung. Tas ransel berisi makanan dan perlengkapan lainnya yang sudah disiapkan sejak kemaren diambilnya, Juga sebuah dompet kilat berisi sejumlah uang di dalamnya untuk membayar ongkos perjalanan dan beberapa macam oleh-oleh untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah merasa beres semuanya, Farah langsung menelphon mobil langgananya yaitu Plamboyan.
            Belum sampai pukul enam, plamboyan sudah tiba di depan rumahnya. Lalu Farah segera masuk ke dalamnya. Padahal sopir plamboyan yang dinaikinya itu harus menjemput para penumpang-penumpang lainnya. Keinginan Farah pergi ke rumah sakit memang sangat membuatnya gelisah, gundah dan takut. Rasanya dia ingin secepatnya tiba disana dan melihat kondisi Fiki. Menanyakan keadaannya dan menjaganya sampai hari operasi tiba.
            Semua penumpang sudah dijemput plamboyan.
            “Kita berangkat sampai jam berapa?” Tanya Farah kepada sopir plamboyan.
            Sopir PLAMBOYAN itu menjawab “sekarang mbak!”
            Dana memang, setelah melalui kegelisahan yang teramat panjang, ahirnya Farah samapi di rumah Riza yaitu sahabat karib Fiki. Riza kaget setengah mati melihat Farah tiba-tiba muncul dI depan muka rumahnya setelah turun dari plamboyan sendirian.
            “Farah kamu nekat ! kenapa tidak kasih kabar dulu ?” tanay Riza.
            “Maaf Riza aku tidak sempet menelphonmu ! sebelumnya aku terlalu  khawatir   dengan  
             keadaan Fiki !” jawab Farah.
            “iya aku tahu ! tapi bahaya, kamu pergi kemari sendirian” Riza  berkata  dengan lembut.
            “yang penting aku sudah sampai da sini” ujar Farah’
            “bukan begitu Far, kalau kamu menelphon aku  sebelumnya,  kamu  kan  bias  berangkat  
            kemari sekalian dengan paman aku yang berangkat tadi apgi juga” tegas Riza.
            “ya sudah, sudah terlanjur, kamu siap-siap dulu sana ! jam 11.30 kita ke rumah sakit”.
            Setelah menunggu Riza sekitar 15 menit, ahirnya mereka kel;uar dari rumah dan pergi ke rumah sakit. Kemudian mereka tiba di sana, lalu mencari kamar di tempat Fiki dirawat. Farah berjalan dengan perasaan gundah dan ………
Tok . . . tok . . . tok . . .
“Assalamu’alaikum” ucap Riza dan Farah.
“Wa’alaikum salam” terdengar suara dari dalam kamar itu.
            Dengan hati bahagia sekali dan air mata yang mengalir Farah langsung berjalan ke samping ruangan di tempat Fiki trebaring. Sehingga membuat Fiki sangat terkejut dan terharu melihat farah di sampingnya dia pun merasa sangat senang dan bahagia.

                                                ( Dikutip dari “Pengorbanan Cinta” dangan pengubahan)

Jahry Pandel 


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan di like guys